Sabtu, 02 Mei 2009

Membuat Kuesioner

Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner.

Sebelum mebuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi kemungkinan adanya kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan data dari responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan sering terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan oleh Bailey (1987), sebagai berikut:

(a) Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan sering menganggapnya sebagai dalih (subterfuge) untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya komersial. Alternatif pemecahannya antara lain adalah menyampaikannya dalam pengantar bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar untuk tujuan nonkomersial. Tentu saja dengan kata-kata yang baik dan sopan.

(b) Responden merasa terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang dirinya atau kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa. Pemecahannya adalah menghindari pertanyaan yang sensitif, serta diyakinkan bahwa tidak akan ada nama responden di dalamnya.

(c) Responden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu. Upayakan untuk meyakinkan responden bahwa ini beda, beri pengertian bahwa responden dalam hal ini turut berjasa dalam membantu penelitian ini.

(d) Responden yang tergolong dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah karena sering dijadikan kelinci percobaan (guinea pig). Ini jarang terjadi di negeri kita. Namun jika hal seperti ii terjadi, peneliti bisa menggunakan instrumen lain., atau bahkan mencari sumber data yang lain.

(e) Responden orang ‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya. Cara pemecahannya adalah dengan metode menyanjung orang penting tadi, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya dialah orang satu-satunya yang bisa memberikan informasi tentang masalah ini.

(f) Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek. Katakan kepadanya bahwa penelitian ini semata-mata untuk pengembangan ilmu, dan bukan untuk kepentingan lain. Selain itu nama responden juta tidak perlu dicantumkan.

(g) Responden merasa takut akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan ini. Katakan kepadanya bahwa jawaban apapun dari responden itu penting, dan tidak ada yang salah dalam menjawab.

(h) Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu bukan bidang minatnya. Pemecahannya adalah mengatakan bahwa dialah satu-satunya orang yang bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.


Persyaratan lain dalam membuat kuesioner

(a) Relevansi kuesioner: Relevansi pertanyaan dengan tujuan studi, relevan pertanyaan dengan responden secara perorangan.

(b) Relevansi pertanyaan dengan studi: betul

(c) Relevansi pertanyaan dengan responden: betul.


Kegagalan-kegagalan dalam membuat kuesioner:

(a) Luncuran pertanyaan ganda: Jangan menanyakan satu masalah dalam satu pertanyaan. Contoh, apakah anda sering menyobek buku di perpustakaan selagi tidak ada pengawas yang melihatnya; dan apakah anda juga sering mencoreti buku milik perpustakaan untuk kepentingan penjelasan secara khusus?.

(b) Pertanyaan yang mengaahkan: Hindari bentuk pertanyaan seperti ini. Contoh, menurut presiden, kita harus mengencangkan ikat pinggang dalam menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Anda setuju, bukan?. Pertanyaan seperti ini biasanya dijawab secara langsung dengan kata ‘setuju’. Bisa dibayangkan bahwa jika semua pertanyaan dijawab dengan setuju.

(c) Pertanyaan sensitif: Hati-hati dengan pertanyaan sensitif seperti contoh berikut: Anda pernah melakukan onani?; Anda pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah?. Pertanyaan jenis ini termasuk kategori sensitif, bahkan kurang ajar.

(d) Pertanyaan yang menakut-nakuti: Contoh. Di daerah ini sering terjadi perampokan dan penodongan di malam hari. Bisa Anda sebutkan orangnya?; atau, Anda tentu mengetahui peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah ini, karena andalah yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP). Kami datang untuk menyelidikinya, oleh karena itu tolong jawab dengan sejujurnya pertanyaan-pertanyaan kami.


Kuesioner tertutup dan terbuka

Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka, terbuka, dan gabungan tertutup dan terbuka. Pertanyaan dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya. Di sini peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban. Sedangkan pertanyaan dengan jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai.

(a) Kuesioner dengan jawaban tertutup: Salah satu keuntungannya untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut: (1) jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain; (2) jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu; (3) responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin; (4) jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti; dan (5) analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka. Meskipun demikian, ada juga kelemahannya, yakni: (1) sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya; (2) responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya; (3) sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya; (4) tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.

(b) Kuesioner dengan jawaban terbuka: Keuntungannya antara lain adalah: (1) dapat digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa


jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya; (2) membolehkan responden untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.

(c) Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (c. …………… ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi. Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi. Contoh sebuah pertanyaan sederhana dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung ke perpustakaan adalah: (1) mengerjakan tugas-tugas akademik; (2) mencari informasi akademik untuk kepentingan tugas dari dosen; (3) menambah wawasan; (4) ………… menambah pengetahuan. (Responden menjawab dengan tulisan sendiri pada alternatif yang terbuka ini). Kita bisa melihat bahwa sebenarnya jawaban responden tersebut sama atau hampir sama dengan alternatif nomor (3) menambah wawasan.


Susunan pertanyaan

Ada aturan umum dalam menyusun urutan pertanyaan yang dibuat, meskipun tidak mutlak, yakni sebagai berikut:

(a) Pertanyaan sensitif dan pertanyaan model jawaban terbuka sebaiknya ditempatkan di bagian akhir kuesioner.

(b) Pertanyaan-pertanyaan yang mudah sebaiknya ditempatkan pada bagian awal kuesioner.

(c) Susunlah pertanyaan dengan pola susunan yang saling berkaitan satu sama lain secara logis.

(d) Susunlah pertanyaan sesuai dengan susunan yang logis, runtut, dan tidak meloncat-loncat dari tema satu ke tema yang lain.

(e) Jangan gunakan pasangan pertanyaan yang mengecek reliabilitas. Misalnya, setujukah Anda terhadap aborsi? Sementara itu di tempat lain, ada pertanyaan, tidak setujukan Anda terhadap aborsi?.

(f) Gunakan pertanyaan secara singkat dan jelas, tidak bertele-tele.


Pertanyaan kontingensi

Maksudnya adalah bentuk pertanyaan yang masih ada kelanjutannya. Misalnya, Anda pernah mabuk?. Jika pernah, bagaimana rasanya?. Jenis pertanyaan seperti ini dimungkinkan adanya, namun harus berpatokan kepada kemungkinan adanya hubungan tertentu antara tema yang satu dengan tema yang lain. Selain itu, jawaban-jawaban dari responden atas pertanyaan lanjutan ini akan sangat membantu memperdalam wawasan peneliti.


Kata pengantar kuesioner

Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati responden, bahkan mungkin ditolak.

Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya.


Uji coba instrumen (kuesioner)

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, ujicobakanlah lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau menyempurkannya.


Metode Sampling

Pengertian Pengambilan Sampel dan Pengambilan Sampel Acak
1. Dasar pemikiran digunakannya sampel di dalam suatu penelitian adalah agar dalam
penelitian tersebut dapat diperoleh kecermatan yang tinggi, penghematan biaya,
waktu dan tenaga.
2. Penelitian eksperimen menggunakan sample yang relative kecil, maka teknik
pengambilan sample harus dilakukan dengan baik dalam arti tepat dan benar. Hal
ini dimaksudkan untuk menjamin ketepatan generalisasi hasil eksperimen.
3. Teknik pengambilan sampel dibedakan menjadi dua macam, yaitu
a. Teknik acak
b. Teknik non – acak
4. Pengambilan sampel secara acak adalah teknik sampling yang akan memberikan
peluang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi anggota sampel.
5. Jika banyaknya unit dalam populasi N dan ukuran sampel adalah n, maka besarnya
probabilitas setiap unit elementer untuk terpilih sebagai sampel adalah n/N.
6. Sampel yang diambil dari suatu populasi secara acak (random) disebut sampel acak.
7. Tujuan digunakan teknik acak adalah sebagai berikut :
a. Dengan sampel acak memungkinkan diperolehnya data penelitian yang dapat
digeneralisasi terhadap populasi yang luas dengan kesesatan yang lebih
terbatas (minim).
b. Dengan Sampel acak memungkinkan peneliti mengaplikasikan kesimpulan statistik,
dan hal itu berarti peneliti dapat menarik kesimpulan statistik tentang
nilai-nilai parameter populasi seperti : rata-rata, simpangan baku, dan
lain –lain.
c. Dengan sampel acak dapat diperoleh kelompok – kelompok sampel yang homogen
satu sama lain, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian homogenitas antar
kelompok sampel.
8. Pengambilan sampel acak dapat ditempuh melalui cara undian, tabel bilangan acak,
atau dengan komputer.

Contoh
Dari populasi 500 siswa SD DKI akan diambil 70 siswa sebagai sampel. Tanpa mempertimbangkan seorang siswa duduk di SD mana di DKI itu. Jelaskan langkah – langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, jika ia menggunakan tabel acak.

Jawab
Cara pengambilannya, yaitu dimulai dengan memberikan nomor urut kepada setiap siswa. Dari nomor 1 sampai dengan nomor 500. Setelah itu dengan menggunakan tabel bilangan acak atau dengan teknik acak yang lain. Diambil sebanyak 70 siswa untuk menjadi anggota sampel dengan cara sebagai berikut :
Menetapkan salah satu halaman secara acak.
(1) Menjatuhkan ujung pensil secara acak di halaman tersebut. Angka terdekat dengan
jatuhnya ujung pensil, jika angka terdekat adalah 3, maka halaman yang pertama
digunakan adalah halaman 3. Jika ternyata tabel itu hanya 2 halaman, dikurangi
angka 3 dengan 2 dan diperoleh hasil 1; artinya pengambilan sampel dimulai dari
halaman 1.
(2) Dijatuhkan ujung pensil untuk yang ke dua, untuk menetapkan baris dan kolom
berapa nomor sampel diambil dari tabel halaman 1. Sebelah kanan ujung pensil
untuk menetapkan baris ke- dan sebelah kiri ujung pensil untuk menetapkan kolom
ke-. Misalkan ujung pensil jatuh di antara 35 dan 11.
(3) Dengan hasil langkah ketiga itu, nomor sampel diambil dari kolom 35 dan baris 11
pada tabel halaman 1. Dengan petunjuk itu maka didapat deretan bilangan 37053.
Mulai dari kelompok angka ini digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke
bawah sampai kebutuhan – kebutuhan jumlah 70 terpenuhi.
(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil adalah 775, 476, 793, 889, 688, 348,
126, 633, 110, 738, dan seterusnya sampai diperoleh 70 nomor.

Glosarium
Sampel. Sebagian anggota populasi
Acak. Pengambilan secara tidak sengaja
Non Acak. Pengambilan dengan berbagai pertimbangan
Populasi. Semua subjek yang dibicarakan
Unit. Satuan terkecil
Generalisasi. Memperluas kesimpulan
Bilangan acak. Suatu bilangan yang tidak beraturan.

Pengambilan Sampel Sistematik dan Pengambilan Sampel Strata
1. Sistematik random sampling digunakan apabila banyaknya satuan elementer dalam
populasi cukup besar dan telah tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau
telah tersusun menurut pola atau aturan tertentu.
2. Sistematik random sampling adalah cara pengambilan sampel, di mana hanya unsur
pertama yang dipilih secara random, sedang unsur – unsur berikutnya dipilih
secara sistematik menurut suatu pola tertentu.
3. Jika karakteristik populasi tidak homogen, maka populasi dapat distratifikasi
atau dibagi-bagi ke dalam sub – sub populasi sedemikian, sehingga satuan-satuan
elementer dalam masing-masing sub populasi menjadi homogen. Kemudian pengambilan
sampel dengan cara random dapat dilakukan pada setiap sub – populasi.
4. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan metode pengambilan
sampel random distratifikasi adalah sebagai berikut :
a. Ada kriteria yang jekas sebagai dasar untuk membuat stratifikasi.
b. Kriteria yang digunakan tersebut berdasarkan data pendahuluan yang telah
diperoleh atau dapat juga berdasarkan pengetahuan teoritik.
c. Jika ukuran sampel proporsional, maka harus diketahui dengan tepat jumlah
satuan-satuan elementer yang ada di setiap sub-populasi.

Contoh
Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit dan besar sampel yang dikehendaki misalnya 40 unit. Jika digunakan random sistematik, maka bagaimana langkah-langkah pengambilannya?

Jawab
Karena jumlah unit dalam populasi 1200, dan banyaknya sampel yang diinginkan 40, maka k = 1200/40 = 30. Unsur pertama dapat dipilih secara random dari nomor urut 1 – 30. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 17, unit-unit sampel berikutnya adalah (17 + 30) = 47, (17 + 60) = 77, (17 + 90) = 107, (17 + 120) = 137, dan seterusnya, sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.

Glosarium
Sistematik random sampling. Cara pengambilan sampel, di mana hanya unsur pertama yang dipilih secara random, sedang unsur – unsur berikutnya dipilih secara sistematik menurut suatu pola tertentu.

Pengambilan Sampel Kluster dan Pengambilan Sampel Non Acak

1. Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana. Unit – unit analisis dalam populasi
dikelompokkan ke dalam gugus – gugus yang disebut cluster dan ini akan merupakan
satuan – satuan dari mana sampel akan diambil.
2. Pengambilan gugus yang akan menjadi sampel dilakukan secara random, dengan
catatan bahwa gugus – gugus yang ada dalam populasi mempunyai ciri yang homogen.
3. Pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap. Populasi yang letaknya sangat tersebar
secara geografis, sehingga unit – unit analisis dikelompokkan ke dalam gugus –
guigus yang merupakan satuan – satuan dari mana sampel akan diambil.
4. Satu populasi dapat digabi ke dalam gugus tingkat pertama; gugus – gugus tingkat
pertama dapat dibagi lagi ke dalam gugus – gugus tingkat kedua; gugus – gugus
tingkat kedua dapat dibagi lagi ke dalam gugus – gugus tingkat ketiga; dan
seterusnya.
5. Pengambilan sampel non acak atau non random sampling, peluang untuk menjadi
anggota sampel bagi setiap anggota dalam populasi itu tidak sama.
6. Sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu.
7. Sampel bertujuan dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri – ciri, sifat – sifat atau
karakteristik tertentu yang merupakan ciri – ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar – benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat pada studi
pendahuluan.

Contoh
Populasi warga masyarakat di suatu provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari 117 kabupaten, 154 kecamatan, 1142 desa. Sebutkan langkah – langkah pengambilan sampelnya!

Jawab
Diketahui provinsi X yang terdiri dari 17 kabupaten, 154 kecamatan, 1142 desa
Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.
(1) Dipilih lima kabupaten secara random dari 17 Kabupaten di suatu Provinsi.
(2) Dari masing – masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara random,
sehingga diperoleh 15 Kecamatan Sampel.
(3) Dari masing – masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua desa,
sehingga diperoleh 30 desa sampel.
Semua warga masyarakat yang berada pada ke – 30 desa sampel tersebut akan diselidiki sebagai sampel penelitian.

Glosarium
Kluster. Unit – unit analisis dalam populasi dikelompokkan ke dalam gugus – gugus.
Purposive sample. Dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk menjawab. Sebelumnya harus dipastikan kebenaran atas responden yang diteliti berdasarkan kriteria respondennya. Tujuan kuesioner adalah untuk memberikan tinjauan tentang ekspresi metafora dalam berbagai macam bahasa di dunia.

Dua macam responden

  1. Kuesioner yang disebutformulir, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan2 untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Misalnya : Jenis kelamin, usia, pendidikan dll
  2. Kuesioner yang disebut yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan2 untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang tidak langsung menjelaskan. Misal variabel Kualitas Pelayanan, Variabel ini tidak dapat langsung diketahui hanya dengan satu pertanyaan tetapi dapat diketahui dengan beberapa pertanyaan berdasarkan indikatornya, contohnya ditanyakan tentang tangibles, reability, responsiveness, assurance dan empathy

Semua metode mensyaratkan pencatatan yang detail, lengkap, teliti dan jelas
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden

Responden: orang yang menjadi sumber data
Semua butir (item) yang ditanyakan dalam semua metode pengumpulan data haruslah sejalan dengan rumusan masalah dan/atau hipotesis penelitian
Karenanya diperlukan proses Dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati
Proses dekomposisi ini juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data
Proses dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian

Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner

  1. Pertanyaan Terbuka: pertanyaan yang memungkinkan responden memberikan jawaban sesuai dengan cara atau pendapatnya

Misal:

Sebutkan lima sifat pemimpin yang Anda sukai:

1. ……………………………
2. ……………………………
3. ……………………………
4. ……………………………
5. ……………………………

Bagaimana pendapat Anda tentang kepemimpinan supervisor Anda?

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka akan sangat bervariasi.
Pengelompokkan jawaban-jawaban serupa akan menjadi suatu pekerjaan yang tidak mudah

2. Pertanyaan Tertutup: responden tinggal memilih jawaban di antara pilihan yang sudah disediakan
Misal:
Atasan Anda mendelegasikan tugas dengan jelas:

1. Sangat Setuju Sekali
2. Sangat Setuju
3. Setuju
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju

Kadangkala pertanyaan disajikan secara terbuka sekaligus tertutup
Misal:

Pekerjaan Anda:

1. Pegawai Negeri Sipil
2. TNI
3. Professional:
a. Dokter
b. Guru
c. Pengacara
d. lainnya (Sebutkan): ______________________
4. Pengusaha
5. Lainnya (Sebutkan): ___________________________

Pertanyaan-pertanyaan tertutup dapat dengan mudah dikodekan dan diolah untuk tahap penelitian selanjutnya

Bentuk Pertanyaan:
a. Pernyataan Positif
b. Pernyataan Negatif
Pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam bentuk PERNYATAAN bukan pertanyaan
Pernyataan Positif : pernyataan yang jawabannya SESUAI dengan harapan peneliti
Pernyataan Negatif : pernyataan yang jawabannya TIDAK SESUAI dengan harapan peneliti
Misal: Jika ingin diketahui kinerja kasir sebuah toko swalayan

  • Pernyataan Positif (Contoh LSR)

Kasir di toko swalayan ini ramah:
1. Tidak Setuju 2. Setuju 3. Sangat Setuju

  • Pernyataan Negatif (Contoh LSR)

Kasir tidak sopan:
1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju

Pengkodean atau pembobotan nilai jawaban:
Pada pernyataan Positif: nilai paling positif diberi bobot paling besar (karena paling positif berarti paling sesuai harapan)
Pada pernyataan Negatif: nilai paling negatif diberi bobot paling besar (karena paling negatif berarti paling sesuai harapan)
Idealnya dalam suatu kuesioner penelitian, komposisi bentuk pernyataan positif dan negatif berimbang, misalnya dari 30 pernyataan dirancang terdiri dari 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif.
Pernyataan positif dan negatif harus diletakkan secara bergantian
Dengan meletakkan pernyataan positif dan negatif bergantian, responden benar-benar membaca pernyataan-pernyataan dengan teliti dan menjawab dengan benar
Teknik Pengukuran (Teknik Penskalaan)

Dua teknik pengukuran dengan kuesioner yang paling populer adalah:
a. Likert’s Summated Rating (LSR)
b. Semantic Differential (SD)

Likert’s Summated Rating (LSR)
LSR adalah skala atau pengukuran sikap responden
Jawaban pernyataan dinyatakan dalam pilihan yang mengakomodasi jawaban antara Sangat Setuju Sekali sampai Sangat Tidak Setuju
Banyak pilihan biasanya 3, 5, 7, 9 dan 11
Dalam prakteknya yang paling sering digunakan adalah 5
Terlalu sedikit pilihan jawaban menyebabkan pengukuran menjadi sanagt kasar
Terlalu banyak pilihan jawaban menyebabkan responden sulit membedakan pilihan
Banyak pilihan ganjil juga menimbulkan masalah, responden yang malas/enggan akan menjawab pilihan yang di tengah ( = jawaban netral)
Semantic Differential (SD)
Responden menyatakan pilihan di antara dua kutub kata sifat atau frasa
Dapat dibentuk dalam suatu garis nilai yang kontinyu, dan dapat diukur dalam satuan jarak atau dalam bentuk pilihan seperti LSR

Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Kesalahan operasionalisasi variabel mungkin terjadi karena dimensi yang penting luput direalisasikan menjadi butir pertanyaan dalam kuesioner
Kesalahan dapat diminimalkan dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner

  • Validitas

Validitas mengacu pada apakah kuesioner benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur
Sebagian besar validitas diukur secara logika (subyekif), hanya validitas konstruk yang dapat diukur secar matematika/statistika.

Jenis Validitas:

1. Validitas Konstruk (Construct Validity) Konstruk adalah penyusun atau elemen suatu konsep/variabel

Misal: Jika suatu konsep disusun berdasarkan 5 elemen tetapi dalam kuesioner hanya diukur 3 elemen maka validitas konstruk kuesioner ini rendah
Ukuran validitas konstruk dinyatakan dalam koefisien korelasi (R) setiap butir pernyataan dengan nilai total seluruh butir.

Valid tidaknya setiap butir kemudian dibandingkan dengan nilai kritik pada Tabel Kolstoe, 1977

2. Validitas Isi (Content Validity)

Bertujuan memeriksa apakah butir-butir pertanyaan sesuai dengan pengetahuan aau kemampuan responden.

3. Validitas Eksternal (External Validity)
Membandingkan kuesioner yang dibuat dengan kuesioner yang sudah dibakukan

4. Validitas Prediktif (Predictive Validity)
Mengukur apakah kuesioner dapat digunakan meramalkan perilaku di masa depan
Validitas prediktif diberi nilai tinggi jika apa yang diramalkan terbukti
5. Validitas Rupa (Face Validity)
Validitas tampilan kuesioner, sesuai dengan format
6. Validitas Budaya (Culture Validity)
Apakah butir-butir pernyataan dalam kuesioner sudah sesuai budaya atau kondisi responden

Reliabilitas
Reliabilitas menyatakan derajat keandalan dan konsistensi kuesioner
Beberapa metode penghitungan reliabilitas, misalnnya:
a. Metode Test − Retest
b. Metode Test − Retest Paralel
c. Teknik Belah Dua (Split Half)
d. Analisis Diskriminan
Pada prinsipnya, semua metode perhitungan itu mengukur reliabilitas melalui koefisien korelasi setiap butir pernyataan dengan total seluruh butir (sama dengan Validitas Konstruk)

Uji Coba Kuesioner
Sebelum kuesioner benar-benar digunakan untuk mengumpulkan data, dilakukan uji coba dengan menyebarkan kuesioner kepada kira-kira 30 responden
Hasil uji coba kemudian dignakan untuk menguji validitas dan reliabilitas
Butir-butir yang tidak valid atau tidak reliabel kemudian diperbaiki, diubah, atau jika tidak memungkinkan dihilangkan dan selanjutnya kuesioner diuji kembali
Alat Bantu Pembuat Kuesioner
Metode perhitungan validitas dan reliabilitas ini dapat diaplikasikan dengan bantuan program komputer (Misalnya EXCEL atau SPSS)
Kuesioner apat dibuat dengan pengolah kata atau dengan program-program komputer lainnya yang memang dibuat untuk membuat kuesioner (Misalnya: EPI-INFO atau Lotus Notes)
Pembuatan kuesioner dengan program komputer memungkinkan publikasi kuesioner secara on-line di internet
Beberapa web di internet juga menyediakan fasilitas membuat kuesioner atau pooling) on-line, misalnya web votepedia yang dibangun di atas teknologi Wikipedia

Skala Likert

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya [1]. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

  1. Sangat tidak setuju
  2. Tidak setuju
  3. Netral
  4. Setuju
  5. Sangat setuju

Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip [2].

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

SERVQUAL

SERVQUAL adalah suatu kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa. Cara ini mulai dikembangkan pada tahun 1980-an oleh Zeithaml, Parasuraman & Berry, dan telah digunakan dalam mengukur berbagai kualitas jasa. Dengan kuesioner ini, kita bisa mengetahui seberapa besar celah (gap) yang ada di antara persepsi pelanggan dan ekspektasi pelanggan terhadap suatu perusahaan jasa. Kuesioner SERVQUAL dapat diubah-ubah (disesuaikan) agar cocok dengan industri jasa yang berbeda-beda pula (misalnya bank, restoran, atau perusahaan telekomunikasi). Skala SERVQUAL meliputi lima dimensi kualitas jasa yaitu: 1. Tangibles 2. Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Empathy Setiap dimensi memiliki beberapa pertanyaan dan dijawab dalam rentang nilai 1 sampai 7, di mana angka 1 mewakili perasaan sangat tidak setuju (strongly disagree) dan angka 7 mewakili perasaan sangat setuju (strongly agree), dengan total pertanyaan sebanyak 22.